DINAMIKA ORGANISASI
1. ORGANISASI FORMAL vs ORGANISASI INFORMAL.
Menurut Argyris Perbedaan karekteristik dari Organisasi tersebut sebagai berikut:
FORMAL.
- Hubungan antara atasan dan bawahan ditentukan peraturan.
- Pemimpin ditetapkan.
- Pengendalian perilaku melalui pemberian balas jasa dan hukuman.
- Bawahan sangat tergantung pada atasan.
INFORMAL.
- Hubunngan antara atasan dan bawahan berdasar kebutuhan masing-masing.
- Pemimpin dipilih berdasarkan kesepakatan.
- Pengendalian melaui pemenuhan kebutuhan.
- Kurang tergantung pada pimpinan.
2. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI.
Manusia melakukan kegiatan dan bereaksi terhadap kegiatan orang lain dalam organisasi baik dari pimpinan atau sesame anggota, ini menyebabkan timbulnya bermacam-macam dinamika perilaku dalam organisasi.
Sebagai Wadah, dapat dikatakan bahwa organisasi bersifat memberikan adanya suatu kepastian dan ketentuan tentang pelaksanaan hubungan kerja antara manusia.
Sebagai Proses, dapat dikatakan organisasi bersifat dinamis sebab itulah ia hidup, selalu bergerak, berkembang dan berubah-ubah. Adanya sifat dinamis ini dipengaruhi oleh beberapa factor, antara lain:
a. FAKTOR INTERN (DALAM).
Tujuan.
Manusia-manusia.
Tata hubungan.
b. FAKTOR EKTERN (LUAR).
a. NON FISIK
Bersifat Konstitusional-politis.
Contoh : UUD, Tap MPR, KEPRES, SISTEM PEMERINTAHAN.
Bersifat Sosial-politis.
Contoh : Partisipasi masyarakat, Parpol, Susunan hidup masyarakat, Peranan kelompok.
Bersifat Sosial-ekonomi.
Contoh : Kondisi hidup penduduk, Sumber penghasilan, jumlah penduduk, Lapangan kerja.
Bersifat Sosial-religius.
Contoh : Pengaruh Agama, Hubungan antar pemeluk agama, Organisasi keagamaan.
Bersifat Sosial-kultur.
Contoh : Tingkat kecerdasan berpikir.
Bersifat Teknik-teknologis.
Contoh : Penemuan teknologi.
b. BERSIFAT FISIK
Contohnya : Faktor letak, Keadaan Alam, Daerah, Sumber-sumber Alamiah, Keadaan Iklim dan Cuaca.
3. DINAMIKA KONFLIK
Pada hakekatnya konflik merupakan pertarungan menang kalah antara kelompok atau perorangan yang berbeda kepentingan satu sama lain dalam organisasi, timbulnya konflik atau pertentangan diakibatkan komunikasi dan informasi dalam organisasi tidak menemui sasarannya.
Jenis-jenis konflik berdasarkan peranannya, sebagai berikut :
Konflik Peranan (Person Role Conflict).
Konflik antar Peranan (Inter-role Conflict).
Timbul akibat satu orang menjabat dua atau lebih fungs yang bertentangan.
Konflik Pemenuhan harapan (Intersender Conflict).
Memenuhi harapan dari beberapa orang.
Konflik akibat informasi tidak sesuai (Intrasender Conflict).
Jenis konflik menurut pihak yang bertentangan, sebagai berikut :
Konflik dalam diri sendiri.
Konflik antar individu.
Konflik antar individu denngan kelompok.
Konflik antar kelompok dengan organisasi.
Konflik antar organisasi.
Sumber utama konflik yaitu :
a. Kebutuhan membagi sumberdaya terbatas.
b. Perbedaan tujuan.
c. Saling tergantungnya kegiatan kerja.
d. Perbedaan nilai atau persepsi.
e. Kemenduaan organisasional.
f. Gaya individual.
Empat penyebab konflik yaitu :
a. Tujuan tidak sesuai dengan harapan.
b. Peralatan atau alokasi sumberdaya yang tidak sesuai.
c. Masalah yang tidak jelas.
d. Perbedaan persepsi.
Empat bidang struktur yang sering konflik yaitu :
a. Konflik Hirarkis (antar berbagi tingkatan organisasi).
b. Konflik Fungsional (antar berbagai departemen).
c. Konflik Lini-Staff.
d. Konflik Formal-Informal.
4. TEORI MOTIVASI
Motivasi merupakan keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan. Motivasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu motivasi internal dan motivasi ekternal.
Motivasi yang muncul atas kebutuhan dan keinginan yang ada dalam diri seseorang akan menimbulkan motivasi internal.
Motivasi internal terbagi menjadi dua yaitu :
a. Motivasi Fisiologi.
Merupakan Motivasi alamiah. Contohnya : Lapar dan Haus.
b. Motivasi Psikologis.
Motivasi Kasih Sayang (Affectional motivation).
(menciptakan kehangatan dan keharmonisan).
Mempertahankan diri (Ego-defensive motivation).
(melindungi kepribadian dan mendapatkan kebanggaan).
Memperkuat diri (Ego-bolstering motivation).
(mengembangkan kepribadian dan berprestasi).
Motivasi ekternal menjelaskan kekuatan-kekuatan yang ada didalam individu yang dipengaruhi oleh faktor-faktor internal, pada teori ekternal tidak mengabaikan motivasi internal akan tetapi mengembangkannya. Teori Motivasi ekternal dijelaskan dengan Teori X dan Teori Y yang ditemukan oleh Mc. Gregor. Inti dari Teori tersebut adalah:
“Teori Tradisional mengenai kehidupan organisasi banyak diarahkan dan dikendalikan oleh teori X yang menganggap rata-rata pekerja malas, tidak suka bekerja maka harus dipaksa dan dikendalikan, dihukum jika perlu, diarahkan demi mencapai tujuan tetapi pada kenyataanya teori X tidak mampu menjawab seluruh fakta yang terjadi dalam organisasi oleh sebab itu dimunculkan teori Y untuk menjawabnya, teori ini beranggapan Usaha fisik atau mental dalam bekerja adalah kodrat manusia, rata-rata mereka bersedia belajar dalam kondisi yang memungkinkan dengan tanggung jawab, ada kecerdikan, kreatifitas dan daya imajinasi untuk memecahkan masalah, hukuman bukan salah satu jalan untuk mencapai tujuan, organisasi seharusnya memberikan kesempatan untuk mereka dalam berprestasi.
Tahun 1943 terjadi pengembangan teori motivasi yang dikenal dengan “Hirarki Kebutuhan Maslow” yang dikemukakan oleh Abraham Maslow. Lima tingkatan keinginan dan kebutuhan menurutnya adalah :
a. Fisiologi : Lapar, haus, perumahan dll.
b. Keamanan : Keselamatan, perlindungan dll.
c. Sosial : Rasa cinta, kekeluargaan, persahabatan, kasih sayang.
d. Penghargaan : Status, kedudukan, kehormatan.
e. Aktualisasi diri : Pemenuhan diri, pengembangan diri, kreatifitas, ekpresi diri.
5. KEPEMIMPINAN
Perkembangan teori kepemimpinan terbagi menjadi 4 yaitu :
a. Teori Sifat Kepemimpinan.
Dimulai dengan memusatkan pada pemimpin itu sendiri, kepemimpinan berhubungan dengan kualitas individu bukan fungsi situasi teknologi atau masyarakat. Keith Davis membagi empat ciri utama kesuksesan seorang pemimpin yaitu :
1. Kecerdasan.
2. Kedewasaan social dan hubungan social luas.
3. Motivasi diri dan dorongan berprestasi.
4. Sikap-sikap hubungan manusiawi.
b. Teori Kelompok.
Dikembangkan atas dasar ilmu psikologi social, teori ini berpendapat untuk mencapai tujuan harus ada pertukaran positif antara atasan dan bawahan.
c. Teori Situasional.
Pendekatan kedua teori diatas kurang menyeluruh oleh sebab itu teori dialihkan pada aspek situasional kepemimpinan. Fred Fiedleer mengajukan sebuah model dasar situasional dikenal dengan “Contingency model of leadership effectiveness”. Menggambarkan situasi yang menguntungkan dengan tiga dimensi empiric:
1. Hubungan pimpinan anggota.
2. Tingkat dan Struktur tugas.
3. Posisi kekuasaan.
d. Teori Path-Goal.
Teori ini menganalisa pengaruh kepemimpinan terutama perilaku terhadap motivasi bawahan, kepuasaan dan pelaksanaan kerja. Empat tipe gaya perilaku pemimpin menurut teori ini:
1. Kepemimpinan Direktif.
2. Kepemimpinan Suportif.
3. Kepemimpinan Partisipatif.
4. Kepemimpinan Orenteasi prestasi.
Gaya kepemimpinan adalah suatu cara pemimpin untuk mempengaruhi bawahannya. Ada 3 macam gaya kepemimpinan yang berbeda:
a. Otokrasi,mempunyai ciri-ciri yaitu :
Kebijaksanaan dilakukan oleh pemimpin.
Teknik dan langkah di dikte oleh atasan.
Pemimpin biasanya mendikte tugas setiap anggotanya.
Pemimpin cenderung menjadi pribadi dalam pujian dan kecamannya terhadap setiap anggota.
b. Demokratis, mempunyai ciri-ciri yaitu :
Semua kebijaksanaan terjadi pada kelompok diskusi dan keputusan diambil dengan dorongan dan bantuan dari pimpinan.
Kegiatan-kegiatan didiskusikan langkah-langkah umum untuk tujuan kelompok dibuat, dan bila dibutuhkan untuk petunjuk-petunjuk teknis pemimpin mengarahkan dua atau alternative prosedur yang dapat dipilih.
Para anggota bebas bekerja dengan siapa saja yang mereka pilih dan pembagian tugas ditentukan oleh kelompok.
Pemimpin adalah obyektif atau “fact minded”.
c. Laissez Faire, mempunyai cirri-ciri yaitu :
Kebebasan penuh bagi keputusan kelompok atau individu dengan partisipasi minimal dari pimpinan.
Bahan-bahan yang bermacam-macam disediakan oleh pimpinan yang membuat orang selalu siap bila dia akan memberikan informasi pada saat ditanya.
Sama sekali tidak ada partisipasi dari pimpinan dalam penentuan tugas.
Kadang-kadang memberi komentar spontan terhadap kegiatan anggota.
William J. Redden adalah seorang professor dan konsultan Canada membagi dua gaya kepemimpinan. Masing-masing sebagai berikut :
a. Gaya-gaya Efektif terbagi menjadi 4 yaitu :
Eksekutif.
Pembangun.
Otokrat penuh kebajikan.
Birokrat.
b. Gaya-gaya tidak efektif terbagi menjadi 4 yaitu :
Kompromis.
Misioner.
Otokrat.
Pelarian.
Rensis Likert dengan melibatkan kaum Michigan membagi empat system atau gaya dasar kepemimpinan organisasional yaitu :
a. Otokrat Eksploratif.
Manajer mengambil semua keputusan yang berkaitan dengan pekerjaan dan memerintahkan serta mengekplorasi bawahan dalam pelaksanaan.
b. Otokrat penuh kebajikan.
Manajer tetap menentukan perintah-perintah kerja tapi bawahan diberi keleluasaan dalam pelaksanaan.
c. Partisipatif.
Manajer menggunakan gaya konsultatif yaitu meminta masukan dari bawahan tapi tetap menahan hak untuk membuat keputusan.
d. Demokratik.
Manajer memberikan berbagi pengarahan pada bawahan tapi juga memberikan partisipasi total dan keputusan dibuat bersama-sama dengan keputusan suara mayoritas.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar